page contents

Monday, January 16, 2006

Harga Minyak + China = Perekonomian Global

Dunia sedang diresahkan oleh harga minyak yang mulai melonjak tinggi, bahkan dalam pertemuan di Washington lalu, Para pakar ekonomi banyak membahas masalah tersebut, Pertemuan yang dihadiri oleh pihak IMF dan Pemimpin Bank Dunia sangat prihatin dengan harga minyak yang mulai melonjak dikarenakan perekonomian global bisa dengan mudah roboh disebabkan tingginya harga minyak. Minyak memang sangat mempengaruhi perekonomian global apalagi dengan harga yang tinggi bisa dengan mudah merubuhkan paramida ekonomi, dalam minggu ini saja tercatat minyak masih berada pada harga $.50 Dollar per barelnya. Dan harga sedemikian bener-bener terlalu tinggi bahkan 70% lebih tinggi dari pada dua tahun yang lalu. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada tahun 1974 dimana harga minyak melonjak tinggi menjadi 185% dari harga sebelumnya, dan harga tersebut bertahan selam 4 tahun, baru ditahun 1978-79 harga turun menjadi 158%. Lembaga IMF sebelumnya juga telah mengadakan seminar untuk membahas masalah pasar minyak dunia dan perkembangannya, sebagai rasa peduli terhadap resiko tingginya harga minyak. Selain itu Biro Sensus Amerika juga mempunyai data lengkap tentang deficit Negaranya. Laporan mereka munkin tidak menjadi sebuah kejutan, salah satu dari hasil laporan bahwa perekonomian di Eropa saat ini sedikit anjlok dan yang menjadi penghalang utama adalah harga minyak. Tinggi nya status pengangguran di Eropa mencapai 8.9% sedangkan di German, Prancis dan Spanyol melebihi dua kali lipat dari pada angka yang terjadi di Eropa, Pabrik-pabrik lokal terpaksa tutup inilah berita terakhir perekonomian global saat ini, IMF dan juga perkiraan lembaga ekonomi lainnya, dengan bertambah tingginya harga minyak benar-benar telah menyayat beberapa bagian negara Eropa, dangan pertumbuhan GDP nya hanya 1.6%. Perekonomian Jepang juga tersendat di tengah jalan dimulai dari tahun 2004 lalu, walaupun sudah banyak usaha dilakukan untuk kembali stabil namun jika harga minyak masih tetap tinggi, harapan mereka untuk mengembalikan perekonomian yang stabil adalah usaha yang nihil. Malaysia yang mana saat ini sedang disibukan pengusiran imigran gelap di negeri juga bernasib sama seperti jepang. Di Amerika sendiri sebagai negara nomor satu pemegang stabilitas ekonomi juga terjadi hal yang ganjil dan sangat mengkawatirkan para ahli ekonomi Negeri Paman Sam ini, dangan adanya tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan kerja tidak mencapai 100.000, laporan pada bulan maret saja telah menunjukan lebih kecil dari yang mereka harapkan, hasil penjualan dalam negeri hanya mencapai 0.3% (bulan ke bulan) tetapi dalam bulan Maret ini hanya setengah dari apa yang mereka perkirakan, semua itu disebabkan karena tingginya harga minyak yang telah merusak segala usaha yang telah mereka rencanakan sebelumnya, namun perekonomian mereka masih tetap stabil bahkan meningkat dari hari ke hari, dikarenakan meningkatnya permintaan minyak yang membuat harga minyak tersebut menjadi naik, dan banyak nya permintaan menandakan perekonomian di suatu bangsa tersebut juga sedang meningkat, harga minyak sangat bergantung kepada supply dan demand dari publik. Bahkan Saudi Arabia sebagai penyedia minyak terbesar berkeinginan untuk meningkatkan produksi, dari 9.5 juta barel per hari nya akan ditingkatkan menjadi 15 juta barel per harinya. Pihak IMF berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi global dalam tahun 2005 hanya berkisar 0.8% sedikit menurun dari tahun yang lalu, dan itu diakibatkan oleh karena tingginya harga minyak. Jadi tidak heran jika pertemuan di Washington tersebut didominasi untuk membahas masalah harga minyak yang mulai melonjak tinggi, Negara-negara yang tergabung dalam G7 yaitu: USA, Inggris, Canada, Prancis, German, Itali dan Jepang memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2005 ini akan tetap stabil walaupun pertumbuhannya sedikit lamban dikarenakan melonjaknya harga minyak dan hal ini beresiko untuk pertumbuhan ekonomi global. Bagi USA sebagai negara utama dalam G7 ini tidak hanya meletakkan masalah minyak menjadi pembahasan utama tetapi juga akan berusaha mencari dukungan dari negara-negara lain untuk terus mengekang China agar mengembalikan kefleksibelan dalam transaksi perdagangan global. China sangat terkenal dengan produksi elektronik termurah di dunia, jadi tidak heran jika saat ini China berhasil menggeser posisi Jepang sebagai terbesar ketiga exporter dunia, China tercatat telah meng-expor sekitar 35% untuk barang-barang elektronik saja keseluruh pelosok dunia, Bahkan hasil GDP nya pada pertengahan tahun ini sudah mencapai 8.5%. China walaupun bukan termasuk dalam negara–negara G7 sempat di undang untuk mendengarkan keluhan dari negara-negara anggota G7 pada Bulan September dan Februari lalu namun China tidak hadir dalam pertemuan tersebut, dan walaupun dalam minggu ini mereka tidak bisa mengekang China sepertinya USA akan menggunakan kekuatan G8 dengan mengikutsertakan Russia untuk menindak kecerobohan China. China baru-baru ini juga telah membuka hubungan dagang dengan India sebagai negara yang sedang tumbuh subur dalam segi ekonomi di Asia Selatan, India dalam kesempatan ini tidak hanya memamfaatkan untuk kepentingan ekonomi kedua negara saja tapi lebih jauh ke segi politik dan persenjataan, India menganggap China sebagai orang asing walaupun negara mereka bertetangga, dikarenakan pola pikir dan prinsip sangat berlawanan dengan India, dan juga India sebagai negara yang berdemokrasi dengan gaya keterbukaan antar sesama sedangkan China negara yang berprinsip Diktator, dan juga masalah perbatasan kedua negara( Sikkim) menjadi penghalang bagi India dan China untuk mengadakan perdangangan bilateral kedua negara sebelumnya, tapi saat ini perekonomian kedua negara tersebut sedang tumbuh pesat dengan cepat, walaupun China lebih mendominasi pertumbuhan ekonomi nya, namun saat ini kedua negara tidak meletakan permasalahan pada perbatasan negara tapi mereka mencoba untuk akrab dengan cara mengadakan perdangangan diantara kedua negara, setidaknya India bisa mengantikan posisi Jepang sebagai partner China dalam berbisnis, dan exporter India bisa dengan mudah meng-investasikan bisnis mereka di China begitu juga sebaliknya. Banyak kontraversi diantara para pakar ekonomi di India ketika kedua negara berkeinganan mengadakan persetujuan hubungan dagang kedua negara salah satu pertanyaan simple yang diutarakan adalah "Apakah kita bisa percaya dengan China..? salah satu jawaban dari pakar ekonomi India adalah " kenapa tidak mencoba terlebih dahulu, jika baik kita akan melanjutkan untuk tempo yang lama dan jika tidak, cukup untuk beberapa tahun saja". China berharap dengan membuka hubungan kerjasama ini, mereka dapat lebih memperbesar hasil GDP nya, mengingat India saat ini sebagai salah satu motor penggerak ekonomi di Asia Selatan, dengan kerjasama ini China memang lebih diuntungkan dari pada India, tapi India tetap menerima kebaikan hati China setidaknya hasil produksi India dan devisa nya akan bertambah lebih dari sebelumnya dengan membuka perdagangan global ini. China sebagai negara berpendudukan terbesar di dunia, tidak hanya bergantung pada hasil produksi elektroniknya saja tapi juga dari segi textil,besi dan turis, sebanyak 90% pendatang luar ke China dengan menggunakan visa bisnis dan 10% nya menggunakan visa turis, hasil tektil nya sempat mengagetkan pasar tektil di Eropa bahakn USA sendiri telah memeriksa kembali batas kouta untuk barang tektil impor China. China dan USA saat ini saling bersaing dalam kancah perekonomian international dan kedua nya adalah penggerak utama pertumbuhan perekonomian global. China boleh saja menguasai perdagangan di Asia tapi harus dengan cara yang fair dan menguntungkan semua pihak, dengan membuka hubungan dagang dengan China setidaknya kita telah ikut serta dalam perdagangan global. Minggu depan China akan bergerak menuju ke Indonesia untuk mengadakan hubungan dagang dengan kita, hasil produksi kita tidak akan berkembang dan maju jika hanya diperjual-belikan anatara pulau Sumatra dan Jawa saja, tapi kita perlu melangkah lebih jauh dengan mengadakan hubungan dagang tidaknya hanya dengan negara tetangga jika bisa kita lebih meng-aktifkan hubungan dagang global dengan negara-negara yang lebih maju dari kita. Dan yang perlu di ingat kita harus tetap waspada efek serta resiko dari hubungan dagang dengan negara-negara tertentu yang bisa merusak perekonomian kita, kita jangan hanya terfokus pada keuntungan dagang saja mengingat negara kita sebagai negara yang sangat memelihara moral dan agama sebagai tonggak dan ciri khas negara kita. Munkin sudah terlambat untuk memastikan terlebih dahulu keperluan apa saja yang kita butuhkan melalui hubungan dagang dengan China? karena kita juga tidak bisa bersantai terlalu lama jika hasil pasar kita diubah pengahasilannya dengan kahadiran harga pasar China, apa saja yang China inginkan dari kita? Apakah kita sanggup bersaing dengan pasar China? Dan terakhir apakah kita bisa mempercayai China sebagai sahabat dalam berdagang...?