page contents

Monday, January 16, 2006

Mahasiswa Aceh di India

Sebuah pepatah Arab yang tak asing di telinga kita ialah " Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China " . Mengapa pepatah tersebut menyatakan China sebagai negara tujuan, apakah karena China memiliki keahlian membuat ramuan dan obat-obatan yang berkhasiat dapat menyembuhkan sipasien dalam waktu dekat. Tak hanya itu Masyarakat China juga memiliki keahlian berdagang yang mana masyarakat kita sendiri mengakuinya Mengapa dalam pepatah tersebut tidak menyatakan India sebagai negara tujuan, padahal India bertetangga dekat dengan China, apakah karena saat tenar-tenar nya pepatah tersebut, India belum memiliki keahlian khusus seperti China, atau karena alasan lain sampai meletakan China dalam pepatah tersebut. Padahal orang arab sendiri munkin belum semua mengenal China dan mengetahui dimana China itu berada dalam peta dunia. Tapi dikarenakan keahlian mereka dalam menciptakan obat-obatan yang dijual luas oleh pedagang dunia hingga sampai di tanah Arab. Dan jika suatu ketika sipasien membutuhkan suatu obat, dan membeli obat yang berasal dari China, sipasien akan melihat produk obat tersebut bersegelkan ‘ Made in china ‘. Munkin karena itulah, masyarakat Arab menganjurkan masyarakat nya untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China. Sampai saat ini pepatah tersebut masih dipakai di negara Arab dan belahan dunia lainnya, yang bertujuan untuk memberi semagat kepada seluruh manusia agar terus mencari ilmu sejauh-jauh nya tidak hanya sampai ke China, begitulah imbauan Tengku/ Guru di Aceh kepada muridnya untuk terus mencari ilmu sampai kemanapun, sehingga sebahagian muridnya tersebut sampai ke India, Mesir, Arab, Malaysia, bahkan Amerika dan negara-negara besar lainnya. Saat ini Mesir dan Malaysia adalah salah satu tujuan yang populer bagi Pelajar / Mahasiswa Aceh, bisa dilihat dari banyaknya komunitas Pelajar/Mahasiswa Aceh di dua negara ini. Sangat sedikit dari Pelajar Aceh yang menuntut ilmu di India. Sampai saat ini tercatat dikantor Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)-India di New Delhi, bahwa Mahasiswa Aceh yang sedang dan pernah belajar di India sebanyak 52 orang, terdata dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2005. Data tersebut bisa saja keliru, karna PPI–India sendiri baru didirikan pada tahun 1997, sebahagian munkin tidak terdata dikarenakan tidak adanya suatu badan khusus yang mendata secara detail, ataupun tidak mendaftarkan diri di KBRI New Delhi, sehingga tidak terdata secara detail, dan di India hanya ada dua instansi pemerintah RI yang terletak di New Delhi dan Mumbai. Sedangkan universitas di India tersebar di seluruh pelosok kota dan negara bagian India. Munkin jika ingin mendapatkan data yang jelas bisa didapatkan di kantor imigrasi India, karena setiap Pelajar/Mahasiswa Asing diwajibkan mendapatkan surat izin tinggal (Resident Permit). yang diwajibkan bagi seluruh Pelajar/Mahasiswa Asing sebelum mendaftarkan diri pada setiap universitas/ institute di India. Pada awal keberadaan Mahasiswa Aceh di India, kebanyakan dari mereka yang pernah belajar di luar negeri seperti Cairo, Saudi Arabia, Pakistan dan negara lainnya. sangat sedikit dari Mahasiswa Aceh yang datang lansung dari Aceh. Informasi yang mereka terima tentang pendidikan di India melalui Dosen atau Guru dimana mereka belajar sebelumnya. Atau juga dari Dosen dan teman mereka yang berasal dari India. Sedikit demi sedikit informasi dikumpulkan demi tekad untuk belajar di India, dan ada juga Mahasiswa yang langsung mendapatkan rekomendasi dari Dosen/Guru pada universitas tertentu di India. Salah satu universitas yang mereka rekomendasikan seperti Nadwatul Ulama, Lucknow dan Darul Ulum, Deoband – Uttar Pradesh. Dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1999 keberadaan Mahasiswa Aceh pada dua universitas ini terhitung lebih banyak. Banyak nya Mahasiswa Aceh pada dua universitas ini dikarenakan biaya kuliah yang sangat murah, dan banyak mempelajari ilmu agama, dimana Mahasiswa Aceh sudah mempunyai dasar tentang materi pendidikan yang di berikan di dua universitas ini. Jumlah Mahasiswa dari propinsi lainnya juga bertambah dari tahun ke tahun, sampai awal tahun 2000 pemerintah India mengeluarkan larangan student visa untuk dikeluarkan dari dua universitas ini, dengan alasan bahwa kedua universitas ini tidak mengikuti kurikulum National India. Tidak hanya di dua universitas ini saja, tapi pada setiap universitas yang tidak mengikuti kurikulum national India tidak diberikan wewenang untuk mengeluarkan calling visa student untuk pelajar Asing. Berawal dari permasalahan tersebut, kedatangan Mahasiswa baru di India mulai berkurang dikarenakan susah nya mengeluarkan Calling Visa dari dua universitas tersebut. Sedangkan untuk mencari universitas lain yang bisa mengeluarkan calling visa membutuhkan waktu yang lama, mengingat kinerja orang India yang terlalu berbelit-belit. Dan juga mengeluarkan dana yang banyak untuk mendapatkan satu Calling Visa. Tidak hanya itu, krisis moneter di Indonesia melahirkan problema baru bagi Mahasiswa Aceh yang ingin melanjutkan study ke India. Dikarenakan beberapa hal tersebut, Sekitar 2 tahun lamanya kedatangan Mahasiswa baru dari Aceh terputus. Di awal tahun 2003 Mahasiswa Aceh yang masih berada di India masih berusaha keras untuk mendatangkan Mahasiswa baru dengan cara mencari informasi dari setiap universitas di India, khususnya mencari jalan bagaimana mendapatkan calling visa dari universitas yang diakui oleh India dan Internasional. Beberapa Mahasiswa Aceh yang telah selesai study pada program sebelumnya, mencoba menyebar dan mendaftarkan diri pada beberapa universitas pemerintah seperti Aligarh Muslim University, Delhi University, Agra University, Jamia Millia Islamiya University dan juga beberapa universitas lain yang tersebar di seluruh Negara Bagian-India. Komunitas Mahasiswa Aceh pada beberapa universitas tersebut mulai muncul dengan mempelajari berbagai mata pelajaran seperti Islamic studies, IT, Politik, Ekonomi, Sociology dan lainnya. Krisis moneter yang menghancurkan perekonomian Indonesia melahirkan dampak yang besar bagi Mahasiswa Aceh di India. ditambah lagi dengan pertikaian antara TNI/POLRI Vs TNA (GAM) cukup membuat perekonomian masyarakat Aceh terpuruk. Bantuan financial untuk Mahasiswa Aceh yang hampir seluruh nya berasal dari orang tua mulai putus, sangat sedikit dari Mahasiswa Aceh yang mendapatkan beasiswa secara rutin baik dari Pemerintah India ataupun Pemerintah Indonesia, dan untuk mengerjakan part time job tidak diperbolehkan di India. berbagai cara dilakukan oleh mahasiswa Aceh untuk membiayai pendidikan nya diantara dengan mengajukan beasiswa kepada PEMDA NAD dan ada juga dengan bekerja membantu Jamaah Haji Indonesia di Saudi Arabia atau lebih dikenal dengan Tenaga Kerja Musiman (TEMUS). Itupun hanya dilakukan setahun sekali dan dipilih oleh Pengurus PPI–India secara bergantian. Selama beberapa tahun ini, hanya dengan dua jalan tersebut untuk membantu financial study bagi mahasiswa Aceh di India. Walaupun mempunyai masalah dengan pembiayaan study selama beberapa tahun, namun jumlah Mahasiswa Aceh yang berada di India masih terhitung lebih banyak daripada mahasiswa lainnya, yang berasal dari berbagai provinsi di Tanah Air, jumlah tersebut tak terlepas dari bantuan Mahasiswa Aceh sebelumnya yang selalu berusaha agar Mahasiswa Aceh tetap exist di India, usaha yang dilakukan baik dengan mendaftarkan saudara, adik, rekan sekolah atau kerabat dekat yang bisa dijaungkau untuk diajak kuliah di India. cara yang lain untuk tetap menjaga mahasiswa Aceh exist di India dengan cara mempublikasikan pendidikan di India melalui media massa Aceh dan internet serta selalu menerbitkan buletin-buletin yang memuat pendidikan di India. hasilnya, sampai saat ini generasi mahasiswa Aceh di India masih tetap exist. Bahkan saat ini PPI-India sedang galak-galaknya mempromosikan pendidikan di India baik melalui media, internet, televisi dan juga mengirimkan brosur-brosur universitas di India yang ditujukan kepada berbagai universitas di Tanah Air. Sampai akhirnya PPI-India membentuk suatu badan khusus yang menangani pengiriman calon mahasiswa di India dan juga memberikan pelayanan selama 3 bulan pertama kedatangan ke India, seperti mencarikan rumah kost, membantu mendaftarkan diri di universitas yang dituju dan juga hal-hal lainnya yang tidak mudah dikerjakan bagi Mahasiswa baru. Dalam 3 tahun belakangan ini, banyak dari Mahasiswa baru yang belajar di India dengan menggunakan beasiswa *ICCR yang disediakan oleh Pemerintah India. Namun belum ada satupun dari Pelajar/Mahasiswa Aceh yang menggunakan beasiswa tersebut untuk study di India. kesenjangan informasi adalah salah satu penyebab tidak ada nya Mahasiswa Aceh yang mengambil beasiswa Pemerintah India ini. Kekurangan informasi seperti ini yang menyebabkan berkurang nya peminat masyarakat Aceh untuk study ke India. dan juga di Aceh sendiri munkin masyarakat masih memikirkan pendidikan di India mahal dan tidak terjangkau. Padahal pendidikan disini sangat murah dan terjangkau dibandingkan dengan di Indonesia. Hampir seluruh Mahasiswa Aceh yang berada di India saat ini berasal dari keluarga petani dengan income keluarga yang tidak menentu. Living cost yang terjangkau membuat Mahasiswa Aceh betah tinggal di India, tidak hanya itu, romantisme belajar antara dosen dengan murid membuat semua Mahasiswa Aceh terpukau dengan panorama pendidikan di India. keakraban guru dengan murid adalah salah satu pemandangan yang tidak asing didapatkan disetiap universitas di India. yang sangat disayangkan oleh Mahasiswa Aceh di India adalah tidak adanya satu universitas pun di Aceh yang menjalin hubungan kerjasama/MoU dengan beberapa universitas di India baik untuk exchange student atau sekedar study banding mengenai tata cara pendidikan dan kurikulum di India. semoga berguna bagi kita semua.

1 comment:

Wisdar said...

Salam, ada yang bisa bantu gak ngasih kontak mahasiswa Aceh atau indonesia yang kuliah di India. Terima kasih.